Beberapa jenis pemanis buatan dapat dianggap sebagai silent killer dan di negara maju sudah lama ditinggalkan pemakaiannya untuk pasar industri. Belakangan ini terjadi pro dan kontra mengenai keamanan penggunaan pemanis buatan aspartam. Keamanannya mulai dipertanyakan oleh banyak pihak, tetapi sertifikasi aman yang telah dikeluarkan oleh Badan Keamanan Makanan dan Obat Amerika (FDA) dan FSA Eropa akhirnya menyulut kontroversi. Ditengarai ada jenis pemanis buatan yang menimbulkan wabah dua penyakit besar di Amerika Utara yakni penyakit saraf tulang belakang {multiple sclerosis), penyakit lupus, dan gangguan otak.
Perlu kita ketahui bahwa dari sisi proses produksi dikenal dua jenis pemanis yaitu sintetis dan natural, sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi dalam dua kategori yaitu bersifat nutritif dan non-nutritif. Pemanis nutritif adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau e-nergi, sedangkan pemanis nonnutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita rasa produk-produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama sekali tidak ada.
Gula Itu Apa?
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditas perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa.
Glukosa diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam pemanis, tetapi bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi diikuti dengan pemurnian melalui distilasi.
Pengekspor gula terbesar adalah Uni Eropa. Peraturan pertanian di EU menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari industry levies, sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. Subsidi-subsidi tersebut dan pajak impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk mengekspor ke negara-negara UE, atau bersaing di pasar dunia.
Amerika Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping, tetapi banyak para konsumen beralih ke sirup jagung (pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen). Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup tersebut diproduksi dari jagung (maizena), Dengan mengom-binasikannya dengan pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang sangat murah.
Gula tebu
Negara-negara penghasil gula tebu terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brasil, jdan Thailand. Indonesia pertiah menjadi produsen gula nomor satu sedunia, tetapi kfemudian tersaingi oleh industrigula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001 hingga 3002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju.
Proses pembuatan gula tebu, perama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sjarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya digunakan kalsium ok-sida) untuk menghilangkan ketidakmuirnian, campuran tersebut kemudian dimurnikan dengan belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan daii sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup mumi, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi. Di Indonesia, musim giling tebu biasanya mulai pada bulan Mei dan berakhir bulan Desember.
Gula bit
Gula bit diproduksi di tempat dengan iklim yang lebih sejuk, Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang utara, dan beberapa daerah di Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanenannya pada September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai Maret di beberapa kasus. Lamanya pemanen dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan, dan cuaca. Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk diproses lebih lanjut, tetapi bit yang membeku tidak bisa lagi diproses.
Setelah dicuci, bit kemudian dipotong-potong dan gu-lanya kemudian diekstraksi dengan air panas pada sebuah difuse. Pemurnian kemudian ditangani dengan menambahkan larutan kalsium oksi-da dan karbon dioksida. Setelah penyaringan campuran yang terbentuk lalu dididihkan hingga kandungan air yang tersisa hanya tinggal tiga puluh persen. Gula kemudian diekstraksi dengan kristalisasi terkontrol. Kristal gula pertama-tama dipisahkan dengan mesin sentrifugal dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan pada proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (ketika sudah tidak bisa lagi diambil gula darinya) digunakan untuk makanan ternak dan dengan itu terbentuk-lah gula putih yang kemudian disaring ke dalam tingkat kualitas tertentu untuk kemudian dijual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar