Salah satu masalah mendasar yang
sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan
organik tanah dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi
masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Pupuk hijau
dan pupuk kandang sebenarnya adalah limbah-limbah organik yang telah mengalami
penghacuran sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Limbah organik
seperti sampah dedaunan, seresah, kotoran-kotoran binatang ternak tidak bisa
langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan
terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap
oleh tanaman. Secara alami proses pengkomposan ini memakan waktu yang sangat
lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut
benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses penghancuran limbah organik
dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang
memiliki kemampuan tinggi. Penggunaan mikroba penghancur ini dapat
mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu
saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk
mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari,
Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.
Definisi kompos bioaktif adalah
kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang
tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali
penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec, merupakan produk biodekomposer yang
dikembangkan berdasarkan filosofi tersebut. Mikroba biodekomposer unggul yang
digunakan adalah Trichoderman pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk
putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar
2-3 minggu. Mikroba tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos
tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan
mikroba-mikroba patogen penyebab penyakit tanaman.
Keuntungan penggunaan kompos
bioaktif untuk pertanian organik selain mempercepat waktu pengomposan dan
menyediakan kompos yang berkualitas tinggi, juga berperan sebagai agensia
hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman, terutama penyakit yang menyerang
dari dalam tanah. Kekawatiran para petani organik akan tanamannya yang mudah
diserang penyakit dapat di atasi dengan menggunakan kompos bioaktif.
Biofertilizer
Petani organik sangat alergi dengan
pupuk-pupuk kimia atau pupuk sintetik lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hara
tanaman, petani organik umumnya mengandalkan kompos sebagai sumber utama
nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos yang sudah
matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K.
Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP
36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya kg
Urea/ha, kg SP 36/ha dan kg KCl/ha, maka kompos yang dibutuhkan kurang lebih
sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar memerlukan tenaga
kerja yang lebih banyak dan berimplikasi pula pada biaya produksi.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun
penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu
Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas
mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74%
kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh
tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat
oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba
penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas
di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain :
Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan
(leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan
Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman
leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan
untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp.
Kelompok mikroba lain yang juga
berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza. Setidaknya ada dua jenis
mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan
endomikoriza. Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman
keras/berkayu, sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik
tanaman berkayu atau bukan. Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman.
Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh
tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap
kekeringan. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan
Gigaspora sp.
Beberapa mikroba tanah juga mampu
menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon
yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan
tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan
hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba tanah yang
bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun
merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan
digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik. Hasil penelitian yang
telah dilakukan, mendapati bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih
dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang dikembangkan saat ini
antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, dan Simbionriza.
Agen Biokontrol
Hama dan penyakit tanaman merupakan
salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman
yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia seperti jenis-jenis hibrida,
umumnya sangat rentah terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan
dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan
alami. Di alam terdapat mikroba-mikroba dapat mengendalikan organisme patogen
tersebut. Mikroba atau organisme patogen akan menyerang tanaman ketika terjadi
ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba
pengendalinya. Di sini jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah
mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis
organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.
Mikroba yang dapat mengendalikan
hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana,
Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae. Mikroba-mikroba ini
mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga yang menjadi hama tanaman.
Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp.
Trichoderma sp mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), atau Phytoptora sp.
Aplikasi pada Pertanian Organik
Produk-produk bioteknologi mikroba
hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami. Produk-produk ini dapat
memenuhi kebutuhan petani organik. Kebutuhan akan bahan organik tanah dan hara
tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan.
Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara
tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan
penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokotrol.
Selama ini petani Indonesia yang
menerapkan sistem pertanian organik hanya mengandalkan kompos dan cenderung
membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi
berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah
ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar